Rabu, 10 Februari 2010

Si Delima Merah, Buah Eksotis Berkhasiat Obat


Buahnya cantik, khasiatnya banyak. Tetapi, awas! Si delima merah yang menggiurkan ini juga menyimpan racun yang berbahaya.Buah delima tidak mudah ditemukan di pasar, khususnya di daerah perkotaan. Bahkan generasi muda sekarang banyak yang tidak mengenalnya. Padahal, tadinya buah ini begitu akrab dengan kehidupan tradisional masyarakat Indonesia. Tengok saja di Jawa, pada setiap acara nujuh bulan (bulan ketujuh kehamilan) delima wajib hadir sebagai pelengkap rujak yang terdiri dari tujuh macam buah-buahan. Pada bait-bait puisi, bibir gadis cantik digambarkan sebagai buah delima yang merekah.

Barangkali orang enggan mengenal dan mengkonsumsi buah delima karena buah ini mengandung biji dan keras pula. Apalagi untuk mendapatkannya cukup sulit. Wajarlah kalau tidak banyak yang mengenalnya.

Sebenarnya delima banyak jenisnya. Kini, di pasar buah dan pasar swalayan Anda bisa mendapatkan buah delima impor yang rasanya lebih oke, tidak lagi asam manis, tetapi benar-benar manis. Penampilannya pun lebih menarik. Bijinya? Tidak lagi menganggu, karena kini ada buah delima tanpa biji! Ada pula yang bijinya lunak dan tidak pahit bila digigit.

Yang Putih, Merah dan Hitam

Tanaman delima yang punya nama ilmiah Punica granatum L. (bahasa inggris pomegranate) ini merupakan tanaman semak yang bisa mencapai tinggi 6 meter. Memiliki batang bercabang banyak serta berduri. Bunganya merah atau putih. Ada juga yang ungu kehitaman. Bunga-bunga ini muncul dari ketiak daun dan berkembang menjadi buah eksotis yang bergelantungan pada cabang-cabang pohon. Bentuk buahnya seperti apel, dengan calyx atau mahkota yang menjadi ciri khasnya. Delima berbunga merah akanmenghasilkan buah delima berdaging merah. Buah dari bunga putih, dagingnya putih; jika bunganya ungu maka daging buahnya pun akan berwarna ungu.

Di dalam buah yang matang tersembunyi ratusan biji putih yang tertutup daging buah yang bening berwarna merah, putih atau ungu sesuai jenisnya. Daging buah inilah yang banyak mengandung air, yang rasanya manis-asam sampai manis-segar. Di Timur Tengah dan India biji buah delima ini sering ditaburkan di atas lauk sebagai garnis (dekorasi makanan) dan untuk pemanis.

Ada tiga jenis delima yang tersebar di Indonesia, yang dikelompokkan berdasarkan warna buahnya. Yaitu, delima putih, delima merah, dan delima hitam. Dari ketiga jenis itu yang paling terkenal adalah delima merah, yang sering ditanam di pekarangan rumah sebagai tanaman hias sekaligus dimakan buahnya. Delima putih paling banyak dimanfaatkan sebagai obat, atau untuk acara-acara seremonial, tetapi jenis ini sulit ditemukan. Apalagi, delima hitam kini menjadi tanaman langka yang tidak banyak diketahui orang. Padahal menurut para ahli, delima hitam lebih baik khasiatnya dibanding delima putih.

Dibawa Dari Persia

Delima merupakan tumbuhan asli Persia dan daerah Himalaya di Selatan India. Menurut cerita, pharaoh Tuthmosis membawanya ke Mesir pada 1500 Sebelum Masehi dari Asia. Dari sini, delima menyebar ke Afrika, Asia, Eropa, dan Amerika. Konon, tanaman ini bisa sampai ke Indonesia karena dibawa para pedagang dari Persia pada tahun 1416. Selama berabad-abad buah delima dipakai sebagai simbol kesuburan di banyak agama dan kebudayaan.

Sisa-sisa kepercayaan ini antara lain bisa dilihat pada upacara nujuh bulan masyarakat Jawa. Buah delima sebagai lambang kesuburan harus selalu hadir sebagai salah satu bahan rujak. Sedangkan bagi orang Cina, buah delima merupakan salah satu buah wajib dalam menyambut Tahun Baru Imlek. Mereka percaya bahwa bijinya yang banyak merupakan simbol rejeki yang melimpah.

Sejak jaman dulu, buah ini sudah dikenal orang sebagai obat cacing. Ahli obat bangsa Yunani, Dioscorides, yang hidup pada abad ke-1, memanfaatkannya untuk tujuan ini. Alkaloid dalam kulit buah dan kulit batang pohon delima membuat cacing melepaskan pegangannya pada dinding usus intestin. Tapi khasiat buah deima ini kemudian terlupakan di Eropa selama 1800 tahun! Baru pada abad ke-19 para ahli pengobatan Barat mulai menelitinya kembali. Gara-garanya adalah karena ada orang Inggris yang disembuhkan dari penyakit cacingan setelah diberi ramuan buah delima oleh seorang herbalis India.

Berkhasiat obat

Umumnya orang mengenal delima karena bentuk buahnya yang menarik sehingga sering disajikan di meja untuk dimakan segar, tanpa memperhatikan khasiatnya. Buah yang sudah matang mengandung vitamin dan mineral yang bermanfaat bagi tubuh. Kandungan vitamin C (11 mg/100g) dan asam malatnya (malic acid) ternyata lebih tinggi dari apel, pir atau pisang. Asam malat ini berguna untuk memperlancar metabolisme karbohidrat.

Lebih istimewa lagi, hampir semua bagian tanaman bisa dimanfaatkan untuk pengobatan. Selain buahnya, yang juga banyak diramu sebagai obat adalah bagian kulit buah, kulit batang, dan akar. Kulit buah dan kulit batang delima mengandung 20-30% elligatannin (tanin), triterpenoid, dan 0,5-1% alkaloid yang terdiri dari pelletierine yang sangat toksik atau beracun, methylpelletierine, pseudopelletierine. Juga biji delima, daun dan bunganya telah dimanfaatkan sebagai obat oleh berbagai bangsa dan kebudayaan untuk berbagai keperluan.

Menurut pengobatan herbal tradisional Cina, biji delima mempunyai khasiat antiradang sehingga sebagai obat antiradang dan obat mujarab untuk mengatasi rematik. Bunga delima dipakai untuk mengobati radang selaput lendir pada gusi. Dan bagi mereka yang bermasalah dengan kegemukan (obesitas), bagian tanaman ini bisa dijadikan alternatif untuk mengatasinya. Begitu juga kulit akar yang berkhasiat astringen bisa digunakan untuk mengobati diare, demam berulang, keputihan, dan mengatasi masalah berkeringant banyak. Sakit tenggorokan pun bisa diobati denga berkumur dengan air rebusan kulit akar delima.

Sejak dulu ketenaran delima adalah sebagai obat manjur untuk mengobati berbagai gangguan pencernaan seperti mencret, diare, disentri. Ini disebabkan karena kandungan tanin yang tinggi dan mempunyai khasiat astringen, yaitu menyusutkan selaput lendir usus sehingga pengeluaran cairan diare berkurang. Sementara alkaloid pelletierine pada akarnya sangat membantu mengeluarkan cacing pita dan cacing gelang dari usus.

Manfaat delima sebagai obat tidak didasarkan pada pengalaman para pengobat tradisional. Beberapa penelitian ilmiah telah membuktikan manfaat tanaman ini. Penelitian Dr.Navarro dari Instituto Mexicano del Seguro Social, Meksiko, membuktikan bahwa ekstrak metanol yang terdapat pada kulit delima merupakan senyawa yang ampu melawan bakteri Staphylloccus aureus, Escherichia coli. Pseudomonas aeruginosa, Salmonella typhi, dan Candida albicans yang menjadi biang kerok diare. Penelitian yang lain menunjukkan bahwa senyawa tanin yang terkandung dalam akar delima mampu menghalangi entamoeba histolytica, penyebab disentri amuba. Sedangkan senyawa yang diketahui ampuh melawan cacing pita tidak hanya tanin, tetapi juga dua senyawa alkaloida piperidina yang terdapat pada kulit batang delima, yaitu pelletierine dan pseudopelletierine.

Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa tanin yang terkandung pada tanaman delima tidak hanyak aktif sebagai antibakteri saja, tetapi juga aktif melawan virus, antara lain virus penyebab penyakit cacar. Penelitian terbaru melaporkan bahwa delima dapat digunakan sebagai obat anti diabetes mellitus atau kencing manis. Jus delima yang telah difermentasi dan minyak yang diambil dari biji delima juga diketahui aktif sebagai antioksidan dan setara dengan teh hijau.

Sumber: Majalah Nirmala

Tidak ada komentar:

Posting Komentar